JAKARTA REPOSE PROJECT #6


            
                      Anak kedua dari 4 bersaudara ini bernama lengkap Herman Diaz. Pria dengan 2 orang anak ini, akrab disapa dengan panggilan Diaz. Kedua anaknya baru saja lulus tahun ini, anak pertamanya lulus dari Universitas Trisakti dan anak keduanya baru saja memulai hari-harinya di dunia perkuliahan.
            Dalam mengisi waktu luangnya, pria yang berprofesi sebagai konsultan ini selalu menghabiskannya dengan bersepeda bersama teman-teman. Kegiatan ini biasa ia lakukan sebanyak seminggu sekali atau paling banyak dua kali. Sekalinya ia melakukan aktivitas ini, tidak banyak biaya yang ia habiskan, biasanya biaya yang ia keluarkan ketika bersepeda hanya untuk uang makan saja. Selebihnya tidak ada pengeluaran lain yang ia keluarkan ketika bersepeda. Sebenarnya bagi Diaz, daya tarik dari aktivitas ini adalah karena ia dapat bertemu dengan teman-temannya, berkenalan dengan orang-orang baru, dan yang paling penting adalah aktivitas ini dilakukan di pagi hari, “biasanya kita dapet udara yang lebih fresh lah kalo kaya gitu..”, ujarnya.
            Pengalaman tak terlupakan olehnya adalah ketika ia sedang mengadakan sebuah acara bersepeda di daerah Merunda, kemudian ia bertemu dengan salah satu pejabat pusat. Ia sangat kagum ketika bertemu beliau, karena ia merasa sangat tidak ada gap diantaranya dengan masyarakat dan hal ini patut untuk di apresiasi. Karena tidak semua pejabat negara dapat bersikap seperti itu.
            Pria berumur 52 tahun ini mengatakan bahwa selama ia bersepeda, sejauh ini sebenarnya masalah hanya pada kebiasaan para pengguna jalan, “jadi sepertinya para pengguna jalan di Jakarta ini masih kurang ramah terhadap… kita-kita pengguna sepeda dan pejalan kaki. Jadi kita tidak diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas secara bebas gitu…  banyak sepeda motor atau mobil yang berseliweran di area bersepeda”, ungkapnya. Aktivitas yang paling tidak disukai oleh Diaz adalah ketika ia harus menemani anak dan istri untuk ke mall dan berujung pada berbelanja, “wasting time! Hmmm wasting money juga itu yang paling penting juga…”, ujarnya bersemangat.
            Tempat nongkrong yang menurut Diaz paling nyaman adalah tempat kumpul-kumpul bersama teman-temannya yaitu bernama “Angkringan”. Tempat ini yang memang banyak orang yang sebaya dengannya, tempat yang terbuka, dengan makanan tradisional. Lalu saat saya melempar pertanyaan mengenai ‘nongkrong’ yang seru tuh yang bagaimana, lagi-lagi Diaz mengungkapkan bahwa ia merasa senang berkumpul bersama dengan teman-teman sebayanya lalu saling bernostalgia pengalaman-pengalaman yang lucu.
Unsur inilah yang membuat Diaz gemar berkumpul dengan teman-temannya dan biasanya ia menghabiskan waktunya di restoran semacam itu sebanyak 2 minggu sekali kesana bersama teman-teman komunitas di kantor atau kumpul dengan teman-teman dari luar kota.  Tetapi ada kekurangan dari tempat nongkrong seperti ini, yaitu ketika cuacanya tidak mendukung, contohnya hujan atau, “ya biasanya kita ikut bubar juga gitu..”, keluhnya. Lalu saat saya melempar pertanyaan mengenai ‘nongkrong’ yang seru tuh yang bagaimana, lagi-lagi Diaz mengungkapkan bahwa ia merasa senang berkumpul bersama dengan teman-teman sebayanya lalu saling bernostalgia pengalaman-pengalaman yang lucu. Ia bercerita bahwa momen yang tak terlupakan baginya adalah ketika ia berkumpul dengan teman-teman semasa SMP, kemudian saling bernostalgia satu dengan lainnya.
Selama ia sering pergi ke “Angkringan”, ia tidak pernah merasa ada kekurangan yang fatal. Sehingga ia menganggap konsep dari “Angkringan” tersebut sudah cukup mewakili sebagai tempat kumpul impiannya. Tapi  ia harap disana dapat ditambah dengan adanya hiburan musik (live)dengan membawakan lagu-lagu lawas dari The Beatles, Koes Plus, atau yang lain.
Top of Mind ‘Waktu Luang’: Bersepeda, Nostalgia 



0 comments:

Post a Comment