Anak kedua
dari 4 bersaudara ini bernama lengkap Herman Diaz. Pria dengan 2 orang anak
ini, akrab disapa dengan panggilan Diaz. Kedua anaknya baru saja lulus tahun
ini, anak pertamanya lulus dari Universitas Trisakti dan anak keduanya baru
saja memulai hari-harinya di dunia perkuliahan.
Dalam
mengisi waktu luangnya, pria yang berprofesi sebagai konsultan ini selalu
menghabiskannya dengan bersepeda bersama teman-teman. Kegiatan ini biasa ia
lakukan sebanyak seminggu sekali atau paling banyak dua kali. Sekalinya ia
melakukan aktivitas ini, tidak banyak biaya yang ia habiskan, biasanya biaya
yang ia keluarkan ketika bersepeda hanya untuk uang makan saja. Selebihnya
tidak ada pengeluaran lain yang ia keluarkan ketika bersepeda. Sebenarnya bagi
Diaz, daya tarik dari aktivitas ini adalah karena ia dapat bertemu dengan
teman-temannya, berkenalan dengan orang-orang baru, dan yang paling penting
adalah aktivitas ini dilakukan di pagi hari, “biasanya kita dapet udara yang
lebih fresh lah kalo kaya gitu..”, ujarnya.
Pengalaman
tak terlupakan olehnya adalah ketika ia sedang mengadakan sebuah acara
bersepeda di daerah Merunda, kemudian ia bertemu dengan salah satu pejabat
pusat. Ia sangat kagum ketika bertemu beliau, karena ia merasa sangat tidak ada
gap diantaranya dengan masyarakat dan
hal ini patut untuk di apresiasi. Karena tidak semua pejabat negara dapat
bersikap seperti itu.
Pria berumur
52 tahun ini mengatakan bahwa selama ia bersepeda, sejauh ini sebenarnya
masalah hanya pada kebiasaan para pengguna jalan, “jadi sepertinya para
pengguna jalan di Jakarta ini masih kurang ramah terhadap… kita-kita pengguna
sepeda dan pejalan kaki. Jadi kita tidak diberi kesempatan untuk melakukan
aktivitas secara bebas gitu… banyak
sepeda motor atau mobil yang berseliweran di area bersepeda”, ungkapnya.
Aktivitas yang paling tidak disukai oleh Diaz adalah ketika ia harus menemani
anak dan istri untuk ke mall dan berujung pada berbelanja, “wasting time! Hmmm wasting money juga itu yang paling penting juga…”, ujarnya
bersemangat.
Tempat
nongkrong yang menurut Diaz paling nyaman adalah tempat kumpul-kumpul bersama
teman-temannya yaitu bernama “Angkringan”. Tempat ini yang memang banyak orang
yang sebaya dengannya, tempat yang terbuka, dengan makanan tradisional. Lalu
saat saya melempar pertanyaan mengenai ‘nongkrong’ yang seru tuh yang
bagaimana, lagi-lagi Diaz mengungkapkan bahwa ia merasa senang berkumpul
bersama dengan teman-teman sebayanya lalu saling bernostalgia
pengalaman-pengalaman yang lucu.
Unsur inilah yang membuat Diaz gemar berkumpul
dengan teman-temannya dan biasanya ia menghabiskan waktunya di restoran semacam
itu sebanyak 2 minggu sekali kesana bersama teman-teman komunitas di kantor
atau kumpul dengan teman-teman dari luar kota.
Tetapi ada kekurangan dari tempat nongkrong seperti ini, yaitu ketika
cuacanya tidak mendukung, contohnya hujan atau, “ya biasanya kita ikut bubar
juga gitu..”, keluhnya. Lalu saat saya melempar pertanyaan mengenai ‘nongkrong’
yang seru tuh yang bagaimana, lagi-lagi Diaz mengungkapkan bahwa ia merasa
senang berkumpul bersama dengan teman-teman sebayanya lalu saling bernostalgia
pengalaman-pengalaman yang lucu. Ia bercerita bahwa momen yang tak terlupakan
baginya adalah ketika ia berkumpul dengan teman-teman semasa SMP, kemudian
saling bernostalgia satu dengan lainnya.
Selama ia sering pergi ke “Angkringan”, ia
tidak pernah merasa ada kekurangan yang fatal. Sehingga ia menganggap konsep
dari “Angkringan” tersebut sudah cukup mewakili sebagai tempat kumpul
impiannya. Tapi ia harap disana dapat
ditambah dengan adanya hiburan musik (live)dengan
membawakan lagu-lagu lawas dari The
Beatles, Koes Plus, atau yang lain.
Top of Mind ‘Waktu
Luang’: Bersepeda, Nostalgia
0 comments:
Post a Comment